July 01, 2013

SBY: Harus Dibedakan Antara Korban dan Penjahat Narkoba

Presiden SBY dan Ibu Ani bercakap-cakap dengan peserta peringatan Hani 2013 di Istana Negara, Jakarta, Senin (24/6) sore.  Sumber: www.presidenri.go.id
Indodrugs - Ada beda antara korban dan penjahat narkoba. Cara pandang tersebut tidak boleh disamakan karena menyangkut pemberantasan penyalahgunaan narkoba. "Saya melihat bahwa masyarakat kurang bisa membedakan mana yang tergolong korban dan siapa yang boleh dikatakan sebagai penjahat. Kalau tidak dipahami solusinya jadi keliru," kata Presiden Susilo Bambang Yudhoyono dalam sambutan peringatan Hari Antinarkoba Internasional (Hani) di Istana Negara, Senin (24/6) sore.

Terhadap korban, solusi yang diambil adalah terapi, rehabilitasi, dan pembimbingan kembali. "Mereka sudah kehilangan masa lalu dan masa kini, jangan sampai masa depan. Solusinya bukan lapas (lembaga pemasyarakatan), tapi pusat rehabilitasi. Bukan dihukum, tapi dibimbing kembali. Kalau konsepnya dihukum bisa terbawa ke kehidupan yang gelap," Presiden menjelaskan.

Sedangkan untuk yang terlibat kejahatan narkoba, hukum harus ditegakan. "Tidak boleh dibiarkan berkembang dimana-mana," SBY menegaskan.

Masyarakat, lanjut Presiden, harus menyamakan soal persepsi tentang korban dan pelaku kejakahatan narkoba tersebut. Persepsi lainnya adalah keluarga merupakan penanggungjawab paling utama. Menurut Presiden, jika dalam satu rumah tidak mengetahui anggota keluarganya terlibat narkoba, hal itu kurang bertanggung jawab dan sulit diterima akal sehat.

"Keluarga adalah awal dari dimensi pencegahan dan penyelamatan. Mari kembali ke keluarga sebagai basis, setelah itu sekolah, tempat kerja, dan seterusnya sampai pemerintah," Presiden mengingatkan. Kerja sama internasional, SBY menambahkan, sangat penting. Tapi awalnya berangkat dari keluarga. 

"Mari berjuang bersama sekuat tenaga menjadikan negara kita terbebas dari narkoba," ajak Kepala Negara.

Itulah sebabnya di awal sambutannya Presiden SBY mengingatkan adanya mata rantai masalah narkoba dengan masa depan negara. Manusia Indonesia merupakan human capital yang bisa mengangkat perekonomian negara. Hal itu terjadi jika generasi yang produktif ini sehat jasmani dan rohani, cerdas, menguasai ilmu pengetahuan dan teknologi, dan bebas dari narkoba. (fbw)

Sumber: www.presidenri.go.id

Artikel Terkait