October 22, 2014

Kenapa Narkoba Menimbulkan Gangguan Fisik, Psikis dan Metal..?

Apa itu Narkotika..? narkotika adalah suatu bahan atau obat yang berasal dari tumbuhan atau bukan tumbuhan yang dapat menyebabkan hilangnya kesadaran, peginderaan, dan menghilangkan rasa sakit, dan dapat menimbulkan ketergantungan.

Kenapa Narkotika/Narkoba dapat menimbulkan Gangguan Fisik, Psikis dan Metal..?

Karena Narkotika atau Narkoba tidak hanya berpengaruh pada fisik saja, tetapi bisa mengganggu mental atau jiwa pecandu narkoba (mengalami gangguan mental dan kejiwaan). Karena semua jenis narkoba bekerja (menyerang) pada bagian otak.

Otak yang sudah terkena narkoba mempengaruhi susunan syaraf pusat, sehingga kerja otak terganggu dan keadaan jiwanya sulit untuk stabil. Dalam waktu cepat atau lambat akan terjadi perubahan reaksi sel saraf khusus di otak yang disebut reseptor opioid.

Menurut Human Medicine Network, semakin tinggi dosis narkotika yang dipakai atau semakin lama ketergantungan dengan zat tersebut, maka semakin luas perubahan reseptor opioid yang akan bereaksi pada saat terjadi gejala putus zat. Oleh sebab itu, gangguaan fisik pada saat putus zat akan berpengaruh secara langsung pada berat ringannya tingkat ketagihan Narkotika.

Semua jenis Narkoba bekerja pada bagian otak yang menjadi pusat penghayatan kenikmatan, termasuk stimulasi seksual. Oleh karena itu, penggunaan Narkoba ingin diulangi lagi untuk mendapatkan kenikmatan yang diinginkan sesuai dengan khasiat farmakologiknya.

Potensi setiap jenis Narkoba untuk menimbulkan ketergantungan tidak sama besar. Makin luas pusat penghayatan kenikmatan yang dipengaruhi oleh Narkoba, makin kuat potensi Narkoba untuk menimbulkan ketergantungan.


Berikut beberapa reaksi yang ditimbulkan:

1. Reaksi Toksik

Reaksi keracunan atau intoksikasi dapat terjadi pada setiap pengguna, terlebih lagi bila terjadi overdosis. Di sini fungsi tubuh sudah tidak lagi berjalan sebagaimana mestinya. Secara klinis reaksi seperti ini sering terjadi pada pengguna depresan susunan saraf pusat dan golongan opioid. Untuk setiap zat gambaran klinisnya berbeda.

2. Reaksi Putus Zat atau Sindroma Abstinensi


sindroma abstinensi atau putus zat adalah gejala fisik dan psikologik bila seorang pecandu menghentikan penggunaan atau mengurangi dosis zat yang sama secara tiba-tiba. Gejala biasanya kebalikan dari efek akut zat yang sama. Sebagai contoh putus zat yang menyebabkan tidur, akan terjadi sukar tidur, tegang, suhu meningkat, pernafasan cepat. Lamanya gejala putus zat bervariasi tergantung waktu paruh obat, intensitasnya sepadam dengan banyaknya zat yang digunakan. Terapi utama adalah memberi dukungan kepada pasien: cukup istirahat dan masukan makanan, berikan obat dari kelas yang sama secukupnya untuk mengurangi gejala penderitaan, dosis obat kemudian diturunkan pelahan dan dihentikan pada hari ke 5-10.

3. Sindroma Otak Organik


Sindroma otak organik meliputi kebingungan, disorientasi dan penurunan fungsi kognisi, bila tidak ada gejala putus zat biasanya tanda vital cukup stabil. Diperlukan uji laboratorium untuk memilah diagnosis dari diagnosis banding dengan gejala kebingungan seperti fungsi ginjal, fungsi hati, keseimbangan elektrolit. Periksa apakah ada proses di dalam otak lainnya seperti pendarahan, tumor, infeksi.

4. Psikosis


Jika pasien jelas sadar, terjaga, orientasi terhadap orang baik, tanda vital stabil, tak ada tanda halusinasi atau delusi sebelum penggunaan zat. Beberapa zat seperti depresan sistem saraf pusat atau stimulan seringkali menginduksi terjadinya psikosis, onsetnya tiba-tiba (beberapa jam sampai hari), seringkali pasien dibawa oleh polisi ke fasilitas pelayanan kesehatan. Misalnya seseorang beberapa waktu setelah menyalahgunakan narkoba, kemudian berteriak dan tertawa keras tidak beralasan, telanjang dipinggir jalan sambil mengatur lalu lintas dengan kacau.

5. Flashback


Sering dialami oleh mereka yang menggunakan kanabis dan halusinogen. Mungkin terjadi karena adanya sisa zat dalam tubuh, stres psikologik, perilaku ‘panik’ atau perangsangan atas fungsi otak secara temporer. Pasien mengalami gejala panik.

6. Ansietas dan Depresi


Gejala sedih, gelisah sangat sering terjadi terutama bila personaliti dan situasi pasien memang demikian sebelumnya. Tanda munculnya Anxietas biasanya ditandai dengan gelisah, insomnia sampai gejala serangan panik (tiba-tiba jantung berdebar, rasa ingin tercekik "mau mati", dan takut gila atau takut mati). Intoksikasi stimulan dan putus zat depresan diikuti perasaan tidak tahan terhadap bising, tidak nyaman, sehingga pasien menghindari kerumunan, seringkali salah diagnosis menjadi fobia sosial atau agorafobia.

Episode depresi sementara dapat terjadi pada putus zat stimulan dan intoksikasi depresan. Pasien mengeluh suka tidur (insomnia), sukar konsentrasi, dan tidak nafsu makan.

Writer: Sumadi Arsyah / dbs

Artikel Terkait


EmoticonEmoticon