"Dia sangat kesakitan. Pada dasarnya, dia mengalami segala sesuatu yang Anda tidak inginkan alami pada anak Anda," kata Brandon.
Dokter awalnya menduga MyKayla mengalami intoleransi laktosa, sebelum menemukan gumpalan di dada dan mendiagnosisnya sebagai kanker. Orangtuanya pun meminta persetujuan dari dokter ahli kankernya, untuk penggunaan ganja sepuluh hari setelah diagnosisnya.
"Tanggapan dokter sama sekali tak baik. Dia menyebut kami penjahat," ucap Brandon.
Kemudian mereka mencari ahli onkologi baru. Kebanyakan dari mereka tak mau menjelaskan secara gamblang, bahkan mereka menyarankan menahan diri dari membahas pendapat mereka atas kasus putrinya itu dengan media atau orang lain.
Putus asa, Brandon kemudian menulis di blog CannaDad, menjelaskan beberapa gejala Kayla pada minggu-minggu menjelang diagnosis leukemia lymphoblastic akut: demam dan ruam, terus batuk, nyeri perut parah, kurangnya nafsu makan dan berkeringat pada malam hari.
Kemudian ia menceritakan obat ala dirinya yang memberikan "satu gram minyak ganja, dua sampai tiga kali sehari" serta jus ganja untuk "efek non-psikoaktif."
Hasilnya, lanjut Brandon, nafsu makan MyKayla pulih sebaik efek perawatan kanker termasuk mual dan sistem saraf yang rusak.
Namun, mereka tetap cemas negara akan mengambil MyKayla ketika mereka memulai terapi dengan ganja. "Tidak ada manusia yang seharusnya harus takut terhadap sanksi dari pemerintah untuk pilihan mereka dalam hal medis," tulis Brandon di akun Facebook-nya.
Brandon menulis, MyKayla kini dalam masa pemulihan, tapi dia masih memerlukan kemoterapi standar selama 2 tahun. (Tnt/Yus)
Sumber: liputan6.com