Pengakuan seorang model majalah pria dewasa bernama Vanny Rossyane yang blak-blakan di media massa menunjukkan bertapa bobrokya sistem penjagaan Lapas kita. Dan bertapa mudahnya gembong Narkoba menjalankan bisnisnya di dalam Lapas.
Writer; Sumadi Arsyah
Kejadian aneh tersebut, menunjukan bertapa mudahnya gembong Narkoba mengendalikan bisnis barang haram tersebut di dalam Lapas. Kejadian-kejadian seperti ini akan terus abadi, apabila tidak ada langkah serius dan komitmen untuk menghentikannya.
Kita kaget, ketika Vanny, secara blak-blakan menceritakan bagaimana mudahnya masuk keluar lapar, bertemu terpidana mati gembong Narkoba, Freddy Budiman. Otak penyelundupan 1 juta lebih pil ekstasi dari Sen Chen, China, ke Jakarta, Indonesia.
Kita juga heran. Kenapa ada fasilitas ter-istimewa di dalam Lapas..? Sehingga Freddy dan Vanny bebas melakukan apa saja di dalam Lapas, dari pesta sabu hingga berhubungan seks.
Pemerintah sepertinya tidak ada resep mujarab untuk mengatasi kacaunya Lapas kita, yang terus berulang-ulang terjadi. Resep praktis biasanya dilakukan dengan pencopotan. Seperti pencopotan Thurman Saud Hutapea dari jabatannya sebagai Kepala Lembaga Pemasyarakatan (Lapas) Klas IIA Narkotika Cipinang, tentu bukanlah solusi.
Publik berasumsi, ada sesuatu yang aneh dibalik kerjadian tersebut, karena Narkoba itu dekat urusannya dengan uang.
Berdasarkan hasil penelitian, terungkap bahwa 53,91 persen narapidana merupakan pengguna Narkoba dan 6,76 persen sebagai pengedar. Selebihnya kombinasi antara pengguna dan pengedar. Narapidana Narkoba yang tergolong criteria ini termasuk yang memiliki/menyimpan, sebagai kurir atau pedagang perantara, ataupun yang hanya menanam ganja.
Writer; Sumadi Arsyah