January 12, 2016

Tambo Perang Narkoba Sudah di Tabuh


Tentu tidak mudah untuk memberantas peredaran gelap narkoba, tapi pemerintah terus berusaha keras untuk memberantaskan narkoba sampai keakar-akarnya. Peran serta masyarakat sangat diperlukan untuk memaksimalkan tugas mulia ini. 

Fakta, bahwa narkotika atau narkoba dan obat-obatan terlarang telah merengut hidup jutaan manusia, korban berjatuhan serta pada saat yang bersamaan jutaan orang mati sia sia.

Berdasarkan data laporan akhir Badan Narkotika Nasional (BNN). Angka penyalahgunaan narkoba diperkirakan ada sekitar 3,8 sampai 4,1 juta orang yang pernah pakai narkoba. Dengan angka prevalensi berkisar antara 2,1 persen sampai 2,25 persen. 

Adapun jenis narkoba yang paling banyak disalahgunakan adalah ganja, shabu,dan ekstasi. 

Ironisnya dari 3,6 juta pecandu narkoba di tanah air, mayoritas adalah anak-anak usia 15 tahun hingga 24 tahun. Disebabkan oleh kondisi sikologis mereka yang masih labil hingga kondisi keluarga yang tidak harmonis, sehingga mempermudah menjadi pintu masuk utama generasi muda terjerumus dalam penyalahgunaan narkoba.

Yang sangat mengkhawatirkan kita, saat ini peredaran gelap narkoba tidak lagi mengenal batas usia. Target kejahatan peredaran gelap narkoba bukan hanya orang dewasa, pemuda, dan remaja, tapi sudah menyasar sampai pada tingkat sekolah dasar (anak-anak SD).

Atas secuil data diatas, jelas memperlihatkan kepada kita semua, kejahatan dan peredaran gelap narkoba sudah sangat menggurita di bumi tercinta ini. Dari, Aceh sampai Papua.

Apakah kondisi ini kita biarkan berlalu begitu saja? Tentu, tidak. Bencana yang disebabkan oleh perbuatan manusia-manusia jahil, harus kita lawan secara bersama-sama, "sebelum kita sendiri yang menjadi korbannya".

Sebagai warga negara yang baik, kita harus ikut peduli. Kalau bukan kita, siapa lagi? Kalau bukan kita siapa lagi?

Dengan adanya kepedulian semua kita. Diharapkan target pencapaian “Indonesia Bebas narkoba” bukanlah mimpi, tapi pasti. Asalkan semua kita ikut peduli, tidak cuek, dan mau bergerak melakukan sesuatu dengan daya yang kita miliki, meskipun dalam lingkungan yang sangat kecil.

Disisi lain, ata supaya dan usaha agresif yang telah dilakukan oleh Badan Narkotika Nasional (BNN), bersama instansi-instansi terkait, serta atas dukungan seluruh elemen masyarakat, patut kiranya diberikan apresiasi yang tinggi. 

Kedepan, kiranya BNN harus lebih gigih dan kreatif lagi berjuang agar putra-putri Indonesia terselamatkan dari bahaya penyalahgunaan dan peredaran gelap narkoba.

Sebelum Hilangnya Generasi Aceh
Sampai saat ini, provinsi Aceh masih terkenal sebagai salah satu wilayah produksi ganja terbesar di Asia Tenggara. Sebagai daerah produksi terbesar, tentu potensi ancaman penyalahgunaan dan peredaran gelap narkotika dapat diasumsikan sangat besar. Apalagi pada saat yang bersamaan “tren” peredaran Shabu semakin menggurita di tengah-tengah masyarakat Aceh.

Data BNN menyebutkan, estimasi jumlah penyalahguna narkotika di provinsi Aceh pada tahun 2014 sebanyak 73,201 orang, rangking ke-12 secara nasional, dengan angka prevalensi Aceh sebesar 2.08 persen. 

Untuk menekan angka-angka tersebut, berbagai cara terus dilakukan oleh semua pihak. Termasuk oleh Pemerintah Aceh bersama jajarannya.

Tambo Perang Narkoba sudah di Tabuh, mari menyelamatkan generasi Aceh dari bahaya narkoba. Sebagai tanda bahwa Aceh sudah siap berperang melawan segala kejahatan narkoba. 

Tambo pertama, telah di tabuh oleh Wakil Gubernur Aceh pada saat memberikan sambutan pada acara Refleksi Peringatan Sembilan Tahun Tsunami Aceh, di Taman Ratu Safiatuddin. 

Wagub H Muzakir Mana menyebutkan, “Tsunami buatan manusia tidak kalah dasyatnya dengan tsunami ciptaan Allah Swt, pada 26 Desember 2004. Tsunami ciptaan manusia adalah penyalahgunaan dan peredaran gelap narkoba. Narkoba dapat merusak segala sendi-sendi kehidupan masyarakat Aceh. Yang lebih dahsyat lagi, narkoba dapat mengantarkan Aceh pada titik nadir lost generation (kehilangan generasi penerus bangsa) dalam jangka panjang”. 

Tambo kedua, ditabuh oleh Gubernur Aceh dr H Zaini Abdullah. Beliau dengan tegas menyatakan, saat ini Aceh perang terhadap narkoba. “Setelah berasil keluar dari konflik dan perang yang sangat lama, sekarang kita menghadapi perang yang lebih besar, yaitu Perang Melawan Narkoba.” (Serambi Indonesia, 5/8/2015).

Kedua tambo yang ditabuh itu, baik Gubernur dan Wakil Gubernur Aceh menandakan pemimpin telah mengajak kita semua untuk ikut mengambil peran dan peduli mencegah penyalahgunaan dan memberantas peredaran gelap narkoba di Aceh. Sebab, bahaya narkoba dapat menghancurkan “kehidupan dan penghidupan umat manusia”.

Lalu kita bertanya..? Kenapa generasi muda yang menjadi prioritas penyelamatan?Jawaban singkatnya adalah karena pemuda adalah penerus masa depan bangsa, penerus Aceh masa kedepan. Lebih dari itu, kaum pemuda sering ditamsilkan, bagaikan matahari di pukul 12 siang yang sinarnya nampak terang. 
Sebuah bangsa akan hebat, jika pemuda-pemudinya hebat-hebat. Begitu juga sebaliknya, jika pemuda-pemudinya lemah, maka jatidiri sebuah bangsa juga akan lemah. 
Ingat..bahwa pahlawan pahlawan kita terdahulu telah berjuang membebaskan bangsa ini dari penjajahan bangsa lain. Sekarang tugas kita semua untuk menjaganya agar Aceh tidak dijajah oleh Narkoba. Karena kita mendambakan pemuda Aceh yang bebas dari Narkoba, menuju era keemasan 2020.

Pun demikian, perang melawan kejahatan narkoba tidak hanya dibebankan pada kaum muda saja. Tentu, membutuhkan kepedulian dan dukungan dari seluruh elemen bangsa dan termasuk perusahaan swasta, pers, dan sektor lainnya.[]

Artikel Terkait


EmoticonEmoticon